2.5.1
Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman
untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita
usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan
penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
2.3.2
Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu
didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di
permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu
tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak
diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal
ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak
dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma
tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara
pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap
lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma
mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5
kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak
dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak
membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.
2.3.3
Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan
lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika
ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air
menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan
(transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses
fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 –
1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan
pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5
kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian
lahan kering atau tegalan.
2.3.4
Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara
telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas
berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai
pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil
bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu
tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain
yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang
terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat.
Tumbuhan yang berjalur
fotosintesis C4 lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar
sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh
karena itu penting untuk memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan
Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara
gulma dan tanaman pokok didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya
matahari, Eussen (1972) menelorkan rumus : TCV
= CVN + CVW + CVL , di mana TCV = total competition value, CVN =
competition value for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL =
competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma
terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara
+ nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya.
Besar kecilnya (derajad)
persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya
pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan
tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya
hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi
gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.
a. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan
yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman
pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara
kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu
korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan
awal teki 25, 50 dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah
per tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
b. Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai
kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok
berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai contoh kemampuan
bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum)
terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
c. Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan
gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin
terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat kemunculan gulma
dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi positif.
Hasil penelitian Erida dan Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat
kemunculan gulma bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam
masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22; 195,82; 196,11;
262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).
d. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama
dengan tanaman pokok, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara lama
keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu
korelasi negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90
hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 353,37;
314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22 g/petak (Erida dan
Hasanuddin, 1996).
e. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh,
semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan
hasilnya semakin menurun.
f. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih
lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki
kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan
menurunkan hasil tanaman pokok
g. Jalur fotosintesis gulma (C3
atau C4)
Gulma yang memiliki jalur
fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat,
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
h. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi
tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root
exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma
yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat
sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin
menurun.
Di samping itu kemiripan gulma
dengan tanaman juga mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki
asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan
pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa crusgalli lebih mampu
bersaing terhadap padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.
2.5.5 Kompetisi Intraspesifik dan
Interspesifik
Gulma dan pertanaman yang
diusahakan manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang
serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan
cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain
sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua
tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan
saling menaungi, dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang
lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun
tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Dengan demikian
perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang merupakan penyebab terjadinya
persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan yang sama (intra
spesific competition atau kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara
individu-individu dalam spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific
competition atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap
pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi dan lebih
rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya, sehingga
pertanaman kalah bersaing dengan gulma tersebut.
2.5.6
Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat
selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma.
Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut dengan kepadatan
tertentu yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara
nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma
dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum
dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak
terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis, adanya gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana
tanaman pokok sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga
pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan
maka hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan gulma terhadap
pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus
hidupnya atau ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman.
Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan mengurangi kuantitas hasil
panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih
besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma
terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang
muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang
dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan
gulma yang berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit
pengaruhnya.
Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka
saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau pengendalian yang
dilakukan pada saat periode kritis mempunyai beberapa keuntungan. Misalnya
frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di antara periode
kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian
biaya, tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja
menjadi meningkat
0 komentar:
Posting Komentar