Diberdayakan oleh Blogger.

followers

Toad Jumping Up and Down
RSS

PERKECAMBAHAN DAN PENGUASAAN RUANG

2.3.1 Pengertian perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio pada tumbuhan. (Idun Kistinnah dan Endang Sri Lestari, 2009,hal 15). Perkecambahan merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio di dalam biji. Biji yang berkecambah dapat membentuk plumula karena di dalamnya mengandung embrio. Embrio mempunyai 3 bagian yaitu radikula, kotiledon, dan kaulikalus.
Pada saat biji atau organ vegetatif terpencar dan mencapai suatu lokasi atau habitat, maka perkecambahannya akan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Perkecambahan merupakan awal pertumbuhan dari pertumbuhan biji atau organ vegetatif. Pada biji perkecambahan umumnya ditandai oleh beberapa tahapan proses fisiologis yaitu:
1.      imbibisi air
2.      peningkatan respirasi
3.      mobilisasi cadangan makanan
4.      penggunaan simpanan makanan

Akhirnya akan terbentuk sel-sel baru, jaringan-jaringan baru dan organ organ baru yang maristematis. Untuk kebanyakan tanaman pangan tahap-tahapan proses ini akan segera terjadi setelah tanam. Hal ini berbeda dengan umumnya biji gulma yang perkecambahannya tidak terjadi pada saat biji-biji terpencar dan mencapai permukaan tanah.
2.3.2        Tipe perkecambahan
Terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman yaitu :
·         Tipe Epigeal (epigous) dimana munculnya radikal diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan flumula keatas permukaan tanah.
·          Hipogeal (hipogeous), dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang keatas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada didalam kulit biji dibawah permukaan tanah.

2.3.3        Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih
Adapun faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a.       Tingkat kemasakan benih
 Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).
b.      Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c.       Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d.      Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

2.3.4        Dormansi
Biji-biji gulma dan bagian vegetatif tanaman biasanya mempunyai periode istirahat yang disebut ”dormansi”. Dormansi adalah suatu istilah fisiologis tumbuhan yang dipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah meskipun keadaan lingkungannya menguntungkan.
Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk tetap bertahan hidup dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Dengan cara demikian, perkecambahan dapat terjadi beberapa waktu kemudian dan atau terjadi di tempat lain yang berjauhan dengan induknya. Selain itu dormansi dapat menjadikan biji-biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungannya menguntungkan. Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi masalah selama biji-biji tersebut masih ada.
Dalam keadaan dorman, biji-biji gulma sulit dikendalikan. Metode-metode yang ada sekarang pada umumnya masih belum efektif, dengan sterilisasi tanah secara total. Pemahaman biologi biji gulma akan memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai dasar untuk mengembangkan dan memperbaiki metodemetode pengendalian yang telah ada.
Berdasarkan karakter dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa pakar biologi membedakan dormansi menjadi 3 macam yaitu, bawaan (innate), rangsangan dan paksaan (enforced).
1.      Dormansi Bawaan.
Dormansi bawaan merupakan dormansi disebabkan oleh beberapa faktor dan mekanisme yang bersifat genetis. Faktor dan mekanisme penyebabnya antara lain ialah :
a.       Embrio yang belum matang.
Pada beberapa jenis gulma, biji yang terlihat telah sempurna dan terpisah dari induknya, embrionya masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Biji-biji tersebut akan berkecambah setelah pertumbuhan dan perkembangan embrionya sempurna. Contoh : Welingi (Scorpus sp.) dan Cacaban (Polygonum sp.).
b.      kulit biji yang keras.
Kulit biji yang keras merupakan penghalang perkecambahan, karena impermeable (tidak dapat ditembus) oleh gas, air atau tahan terhadap tekanan. Meskipun air dan gas telah dapat menembus, tetapi bila kulit biji keras (tahan tekanan) maka biji belum dapat berkecambah. Biji yang mempunyai sifat seperti ini akan berkecambah bila kulit bijinya menipis karena kerusakan mekanis seperti kebakaran, hewan dan mikroorganisme atau penyebab fisik lain. Contohnya : jenis-jenis bayam (Amranthus spp.) dan jenis-jenis sawi (Brasica spp.).
c.       Hambatan kimiawi.
Hambatan kimiawi dalam kulit biji atau buah, dalam embryo atau endosperm dapat menyebabkan biji tidak dapat berkecambah. Biji-biji yang mempunyai sifat dorman seperti ini biasanya dapat berkecambah setelah hambatan tersebut hilang karena perlakuan pencucian, suhu atau cahaya.
2.      Dormansi Rangsangan (Induced Dormancy).
Istilah ini yang sering juga disebut dormansi sekunder, digunakaan untuk biji-biji yang biasanya berkecambah bila keadaan menguntungkan, kemudian menjadi dorman karena lingkungan yang tidak menguntungkan seperti kurang air, kurang oksigen, kurang cahaya dan sebagainya. Biji-biji yang terbenam dalam tanah tidak dapat segera berkecambah setelah terbawa ke permukaan tanah karena telah mengalami induced dormancy.
Pada beberapa jenis gulma seringkali ditemukan adanya interaksi antara dormansi bawaan dan dormansi rangsangan. Sebagian besar biji gulma mempunyai dormansi bawaan dan dengan pembenaman ke dalam tanah dormansi sekunder menjadi terangsang. Hal ini akan mengakibatkan umur biji-biji gulma dalam tanah menjadi lebih panjang. Oleh karena lahan-lahan pertanian seringkali mengalami pengolahan tanah yang memungkinkan terbenamnya biji-biji gulma, maka peranan dormansi dan pemecahannya menjadi sangat penting dalam pengelolaan gulma.
3.      Dormansi Paksaan (Enforced dormancy).
Dormansi paksaan merupakan istilah yang digunakan untuk biji-biji yang tidak berkecambah selama faktor lingkungan (kelembaban, cahaya, oksigen) kurang menguntungkan dan segera akan berkecambah bila lingkungannya menguntungkan. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi dormansi dan perkecambahan biji gulma adalah suhu,  kelembaban, oksigen dan cahaya.
a.       Suhu
Suhu yang diperlukan biji gulma untuk dapat berkecambah beragam antar jenis gulma. Batas suhu terendah disebut suhu minimum dan batas suhu tertinggi disebut suhu maksimum. Gulma di daerah beriklim sedang digolongkan ke dalam gulma musim dingin dan gulma musim panas. Gulma musim dingin memerlukan suhu 5–15oC untuk perkecambahannya, sedangkan untuk gulma musim panas berkisar antara 18–35oC. Untuk jenis-jenis gulma tropis mungkin juga memerlukan batas suhu tertentu.
b.       Kelembaban
Perkecambahan merupakan suatu periode dimana metabolisme dan pembesaran sel-sel terjadi dengan suatu kecepatan yang tinggi. Hal ini akan dapat berlangsung bila biji gulma dapat menyerap (imbibisi) air yang cukup. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kecepatan dan tingkat imbibisi air yang diperlukan untuk perkecambahan biji dalam tanah yaitu :
a. Sifat-sifat dan struktur biji
b. Sifat-sifat dan struktur tanah, dan
c. Tingkat hubungan antara tanah dan biji.
c.       Oksigen
Selain suhu dan kelembaban yang optimum, proses perkecambahan tergantung dari kandungan oksigen dalam tanah. Persentasi oksigen di dalam tanah bervariasi tergantung pada porositas tanah, kedalaman, dan banyaknya organisme yang mempengaruhinya. Pada umumnya biji-biji gulma yang berukuran kecil berkecambah pada lapisan tanah setebal kurang dari satu sentimeter. Pada tanah pasir biji-biji gulma dapat berkecambah pada lapisan yang lebih dalam dari pada tanah liat.
d.      Cahaya
Telah umum diketahui bahwa kebanyakan biji-biji gulma memerlukan cahaya untuk perkecambahannya. Selain itu pada umumnya mempunyai biji yang berukuran relatif sangat kecil, sehingga mempunyai persediaan makanan yang sangat sedikit. Kedua hal itu mengakibatkan biji-biji gulma harus dapat berkecambah pada permukaan tanah antara pada kedalaman beberapa milimeter saja sehingga kecambahnya dapat hidup dan tumbuh. Oleh karena itu, pada tanah-tanah pertanian banyak jenis-jenis gulma yang bijinya terbenam cukup dalam akibat pengolahan tanah dan hanya akan berkecambah jika biji-biji tersebut dikecambahkan ke permukaan tanah akibat pengolahan tanah musim berikutnya.
2.3.5 Simpanan Biji dalam Tanah (Seed Bank)
Faktor yang paling penting dalam suatu populasi gulma di suatu daerah pertanian atau habitat-habitat lainnya adalah biji-biji gulma yang berada dalam tanah yang dihasilkan oleh gulma yang tumbuh sebelumnya. Pada kebanyakan lahan pertanian terdapat biji-biji gulma yang sewaktu-waktu dapat berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungan menguntungkan.
Banyaknya biji-biji gulma dalam tanah (seed bank) merupakan gabungan dari biji-biji yang dihasilkan oleh gulma sebelumnya dan biji-biji yang masuk dari luar dikurangi dengan biji yang mati dan berkecambah serta biji yang terbawa ke luar. Biji-biji yang berasal dari luar daerah sumbangannya tidak berarti dalam menentukan ukuran seed bank, dibandingkan dengan biji-biji yang dihasilkan oleh gulma sebelumnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya biji gulma dalam tanah bervariasi antar habitat. Lahan-lahan pertanian yang digunakan secara intensif umumnya mempunyai simpanan biji dalam tanah yang lebih besar dibandingkan dengan lahan-lahan yang baru dibuka.

2.3.6 Ukuran dan Kematangan Biji
Umur biji-biji gulma dalam tanah sangat bervariasi antar jenis, banyak diantaranya yang mampu mempertahankan viabilitasnya dalam waktu yang panjang hingga ratusan bahkan ribuan tahun.
Beberapa faktor penyebab kematian biji gulma dalam tanah antara lain :
a.       Hilangnya cadangan makanan dalam biji oleh respirasi
b.      Rusaknya cadangan makanan karena pengaruh oleh enzim dan oksidasi
c.       Koagulasi protein
d.      Akumulasi senyawa-senyawa beracu
e.       Degenerasi inti sel






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar