Diberdayakan oleh Blogger.

followers

Toad Jumping Up and Down
RSS

TAREKAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG

Untuk mendekatkan diri pada tuhan maka harus menempuh jalan ikhtiar, salah satu jalan ikhtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf ,untuk mengetahui sesuatu maka pasti ada ilmunya,banyak dikalangan orang awam awam yang kurang mengetahui tentang ilmu mengenal tuhan (Tarekat). Tariqah adalah khazanah kerohanian (esoterisme), dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembinaan mental beragama masyarakat.
 Masuknya tarekat ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika wilayah Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan kegiatan dakwah. Sumber-sumber Cina menyebutkan ada pembangunan pemukiman Arab dan boleh jadi pemukiman Muslim di pesisir barat Sumatera pada 54 H/674 M. Wilayah ini merupakan rute perdagangan penting Arab dan Cina, serta pelabuhan strategis bagi pedagang Arab, India dan Persia.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan tarikat?
2.      Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan tarikat?
3.      Apa saja macam-macam tarikat?
4.      Siapa saja tokoh-tokoh sufi dan bagaimana perjalanan hidupnya?

1.3  TUJUAN

1.      Untuk mengetahui pengertian tarikat.
2.      Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tarikat.
3.      Untuk mengetahui macam-macam tarikat.
4.      Untuk mengetahui siapa saja tokoh sufi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Tarikat
Dari segi bahasa tarikat berasal dari bahasa arab thariqat yang artinya jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu. Jamil shaliba mengatakan secara harfiah tarekat berarti jalan yang terang, lurus yang memungkinkan sampai pada tujuan denagn selamat.
Dalam ilmu tasawuf, istilah tarikat itu tidak saja ditujukan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarikat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikat salah seorang syekh tarikat, tetapi meliputi segala aspek-aspek ajaran yang ada dalam agama islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya yang semua itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.
Dari segi bahasa, tarikat berasal dari bahasa arab thariqat yang berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu. Jamil shaliba mengatakan secra harfiah tarikat berarti jalan yang terang, lurus yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat.
Selanjutnya pengertian tarikat berbeda-beda menurut tinjauan masing-masing. Di kalangan Muhaddisin tarikat digambarkan dalam dua arti yang asasi. Pertama menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar), dan kedua didasarkan pada sistem yang jelas yang dibatasi sebelumnya. Selain itu tarikat juga diartikan sekumpulan cara-cara yang bersifat renungan, dan usaha indrawi yang mengantarkan pada hakikat, atau sesuatu data yang benar.
Makna tarikat berkembang menjadi suatu organisasi, tiap tarikat mempunyai syekh, upacara ritual dan bentuk zikir tersendiri. Selanjutnya istilah tarikat lebih banyak digunakan para ahli taswuf. Mustafa Zahri dalam hubungan ini mengatakan tarikat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh nabi Muhammad dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabi’in dan tabi’it tabi’in turun temurun sampai kepada guru-guru secara berantai samapai paada masa kita sekarang.
Lebih khusus lagi tarikat di kalangan sufiyah berarti sistem dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-siofat yang tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan memperbanyak zikir dengan penuh ikhlas semata-mata untuk mengharapkan bertemu dan bersatu secara rohaniah dengan tuhan. Jalan dalam tarikat itu antara lain terus menerus berada dalam zikir atau ingat selalu dengan allah dan terus menerus menghindarkan diri dari sesuatu yang dapat melupakan allah.
Harun nasution mengatakan tarikat adalah jalan yang harus ditempuh oleh sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan allah. Hamkah mengatakan bahwa dianatara makhluk dan khaliq itu ada perjalanan hidup yang harus di tempuh. Inilah yang kita katakan tarikat.
Menurut syekh muhammad amin kurdi mendefinisikan tarikat itu adalah pengalaman syariat dan dengan tekun menjalankan ibadah dan menjauhi diri dari sikap mempermudah pada apa yang memang tidak boleh dipermudah. Dan menjauhi larangan-larangan baik ynag zahir maupun yang bathin dan menjunjung tinggi perintah-perintah menurut kadar kemampuan. Serta menghindari yang haram dan makruh dan berlebihan dalam hal yang mubah dan melaksanakan hak-hak yang diwajibkan serta hal-hal yang sunahkan sebatas kemampuan dibawah bimbingan seorang arif dari alhi nihayah.
Dengan memperhatikan berbagai pendapat diatas, kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan tarikat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah dan lainnya yang bertemakan menyebut nama allah dan sifat-sifat Nya yang disertai dengan penghayatan yang mendalam. Amalan dalam tarikat ini ditunjukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan tuhan.
Thariqh kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Tiap tarekat mempunyai syekh, upacara ritual, dan bentuk dzikir tertentu. Guru dalam tarikat yang sudah melembaga itu selanjutnya disebut Mursyid atau Syaikh dan wakilnya disebut khalifah. Adapun pengikutnya disebut murid. Sedangkan tempatnya disebut ribath atau zawiyah atau taqiyah. Selain itu tiap tarikat juga memiliki amalan atau ajaran wirid tertentu, simbol-simbol kelembagaannya, tata tertibnya dan upacara-upacara lainnya yang membedakan tarikat-tarikat satu dengan yang lainnya.
Menurut ketentuan tarikat pada umumnya, seorang syaikh sangat mentukan terhadap muridnya. Keberadaannya murid di depan gurunya ibarat bangkai yang tak berdaya apa-apa. Dan karena tarikat itu merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri kepada allah, maka orang yang menjalankan tarikat itu harus menjalankan syariat  dan simurid harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.
2.      Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti jejak guru dan melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya.
3.       Tidak mencari-cari keringanan dalam beramal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki.
4.      Berbuat dan mengisi waktu seefisien mungkin dengan segala wirid dann doa guna pemantapan dan kekhususan dalam mencapai maqomat (stasiun) yang lebih tinggi.
5.      Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal.
Ciri-ciri tarikat tersebut merupakan ciri-ciri yang pada umumnya dianut setiap kelompok, sedangkan dalam bentuk amal dan wiridnya berbeda-beda.
Dengan ciri-ciri tarikat yang demikian itu tidak mengherankan jika ada pendapat yang mengatakan bahwa tarikat sebenarnya termasuk dalam ilmu mukasyafah, yaitu ilmu yang dapat menghasilkan pancaran nur tuhan kedalam hati murid-muridnya, sehingga dengan nur itu terbukalah baginya segala sesuatu yang gaib daripada ucapan-ucapan nabinya dan rahasia-rahasia tuhannya. Ilmu ini dilakukan dengan cara riadah atau latihan dan mujahadah.
Dengan demikian, tarikat mempunyai hubungan substansial dan fungsional dengan tasawuf. Tarikat pada mulanya berarti tata cara dalam mendekatkan diri kepada Allah dan digunakan untuk sekelompok yang menjadi pengikut bagi seorang syaikh. Kelompok ini kemudian menjadi lembaga-lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan aturan-aturan sebagaimana disebutkan diatas. Dengan kata lain, tarikat adalah tasawuf yang melembaga. Dengan demikian tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada allah, sedangkan tarikat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada tuhan. Inilah hubungan antara tarikat dengan tasawuf.
2.2 perkembangan tarekat dan macam-macam tarekat di indonesia
Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga, tarikat ini merupakan kelanjutan dari pengikut-pengikut sufi yang terdahuhu. Perubahan tasawuf  ke dalam tarikat sebagai lembaga dapat dilihat dari perseorangannya yang kemudian berkembang menjadi tarikat yang lengkap dengan simbol-simbol dan unsur-unsurnya. Sebagaimana disebutkan diatas. Terekat Shuhrawardiyah (w.1168 M) misalnya dinisbahkan pada Diya al-Din Abu Najib al-Suhrawardi. Qadariyah dinisbahkan pada Abdul Qadir Jaelani (w.1166H) Rifaiyahdinisbahkan pada Ahmad Ibn al-Rifa’i(w. 1182), Jasafiyah dinisbahkan kepada Ahmad al-Jasafi (w. 1166 M) Sadziliyah dinisbahkan pada Abu Madyan Shuhaib (w. 1258), Mauliyah dinisbahkan pada Jalaludin Rumi (w. 1273).*
Dari sekian banyak aliran tarikat tersebut terdapat sekurang-kurangnya tujuh aliran tarikat yang berkembang di Indonesia, yaitu tarikat Qadariyah, Rifaiyah, Naqsyabandiyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, al-Hadad dan tarikat Khalidiyah.

1.      Tarekat Qadariyah
Tarekat Qadriyah merupakan tarekat yang didirikan oleh syaikh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166) dan ia sering disebut Al-Jilli, Tarekat ini banyak tersebar di daerah timur, sampai ke pulau Jawa.** Tarekat ini cukup banyak mempengaruhi hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib pada acara-acara tertentu. Naskah asli manaqib ditulis dalam bahasa arab. Berisi riwayat hidup dan pengalaman sufi Abdul Qadir Jaelani sebanyak empat puluh episode. Manaqib ini dibaca dengan tujuan agar mendapatkan berkah dengan sebab keramatnya.
2.      Tarekat Rifa’iyah
Tarekat Rifa'iyah pertama kali muncul dan berkembang luas di wilayah Irak bagian selatan, didirikan oleh Ahmad bin Ali bin Abbas. Beliau meninggal di Umm Abidah pada tanggal 22 Jumadil Awal tahun 578 H. Bertepatan dengan tanggal 23 September tahun 1106 M . dan ada pula yang mengatakan bahwa ia meninggal di  bulan Rajab tahun 512 H. Bertepatan dengan bulan November tahun 1118 M di Qaryah Hasan. Tarekat ini banyak tersebar di daerah Aceh, Jawa,Sumatera Barat, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya.
Ciri-ciri terikat ini adalah penggunaan tabuhan rabana dalam wiridnya, yang diikuti dengan tarian dan permaina debus, yaitu manikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan dzikir-dzikir tertentu. Permainan debus ini berkembang pula didaerah Sunda, khususnya Banten, Jawa barat.
3.       Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandi didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari (727-791). Ia biasa disebut Naqsyabandi di ambil dari kata Naqsyabandi yang berarti lukisan, karena is ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang gaib-gaib.
Tarekat ini banyak tersebar di Sumatera Barat, tepatnya di daerah Minangkabau, Tarekat ini banyak dibawa oleh Syekh Ismai Al-Khalidi Al-Kurdi, sehingga dikenal dengan sebutan tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah. Amalan Tarekat ini tidak banyak dijelaskan ciri-cirinya.

4.      Tarekat Samaniyah
Tarekat Samaniyah didirikan oleh Syekh Saman yang meninggal dalam tahun 1720 di Madina. Tarekat ini banyak tersebar luas di Aceh dan mempunyai pengaruh yang dalam di daerah ini, juga di Palembang dan daerah lainnya di Sumatera. Di Jakarta tarikat ini juga sangat besar pengaruhnya, terutama di daerah pinggiran kota*. Di dae3ra Palembang orang banyak yang membaca riwayat Syaikh Saman sebagai tawassul untuk mendapatkan berkah.
Ciri tarikat ini zikirnya dengan suara yang keras dan melengking. Khususnya ketika mengucapkan lafadz lailahaillaallah. Juga terkenal dengan ratib saman yang hanya mempergunakan perkataan “hu”, yang artinya Dia Allah. Syaikh saman ini juga mengajarkan agar memperbanyak sholat dan dzikir, kasih pada fakir miskin, jangan mencintai dunia, menukar akal basyariyah dengan akal robaniyah, beriman hanya kepada Allah dengan tulus ikhlas.**
5.      Tarekat Khalwatiyah
Khalwatiyah didirikan oleh Zahiruddin (w. 1397 M) di khurasan dan merupakan cabang dari tarekat Suhrawardi yang didirikan oleh Abdul Qadir Suhrawardi yang meninggal tahun 1167 M, Tarekat khalwatiyah ini mula-mula tersiar di Banten oleh Syekh Yusuf Al-Khalwalti Al-Makasari pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Tarekat ini banyak pengikutnya di Indonesia, dimungkinkan karena suluk dari tarekat ini sangat sederhana dalam pelaksanaannya. Untuk membawa jiwa dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi melalui tujuh tingkat, yaitu peningkatan dari nafsu amarah, lawwamah, mulhammah, muthmainnah, radhiyah, mardiyah, dan nafsu kamilah.
6.      Tarekat Al-Haddad
Tarekat Al-Haddad didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Ia lahir di Tarim, sebuah kota yang terletak di Hadramaut pada malam senin, 5 safar tahun 1044 H. Ia pencipta Ratib Haddad dan ia dianggap sebagai salah seorang Wali Qutub dan Arifin dalam ilmu Tasawuf. Ia banyak mengarang kitab-kitab dalam ilmu tasawuf, di antaranya kitab yang berjudul Nashaihud Diniyah (Nasehat-Nasehat Agama). Dan Al-Mu’awanah fi suluk Thariq Akhirah (panduan mencapai hidup di Akhirat) Tarekat Al-Haddad Banyak dikenal di hadramaut, Indonesia, India, Hijaz, Afrika timur, dan lain-lain.

7.      Tarekat Khalidiyah
Tarekat Khalidiyah merupakan salah satu cabang dari tarekat Naqsyabandiyah di Turki yang berdiri pada abad ke 19. Pokok-pokok ini dibangun oleh syekh Sulaiman Zahdi Al-Khalidi. Tarekat ini berisi tentang adab zikir, tasawuf dalam tarekat, adab suluk, tentang saik dan maqamnya, tentang ribath dan beberapa fatwa pendek dari Syekh Sulaiman Al-Zahdi Al-Khalidi mengenai beberapa persoalan yang diterima dari bermacam-macam daerah.
Tarekat ini banyak berkembang di Indonesia dan mempunyai Syaikh Khalifah dan Mursyid yang diketahui dari beberapa surat yang berasal dari Banjarmasin dan daerah-dearah lain yang dimuat dalam kitab kecil yang berisi fatwa Sulaiman az-Zuhdi Al-Khalidi.

2.3 Tokoh-tokoh sufi ( zahid) Abad pertama dan kedua hijriah
1.  HASAN AL-BASRI
            Nama lengkapnya alhasan bin abi alhasan abu sa’id. Dia dilahirkan di Madinah pada tahun 21 H / 642 M dan meninggal di Basrah pada tahun 110 H atau 728 M. Ia adalah putra zahid bin sabit, seorang budak yang tertangkap di maisan,yang kemudian menjadi sekretaris nabi Muhammad saw. Ia memperoleh pendidikan di Basrah. Ia sempat bertemu dengan sahabat-sahabt nabi, termasuk tujuh puluh diantara mereka adalah yang turut serta dalam perang badar.

            Ibunya adalah hamba sahaya ummu salamah, istri nabi. Ia tumbuh dalam lingkungan orang soleh yang mendalam pengetahuan agamanya. Ia menerima hadis sari sejumlah sahabat, dan diriwayatkan bahwa Ali bin abi thalib mengagumi akan kehebatan ilmunya. Dalam sebuuah riwayat dikatakan, tatkala ali bin abi thalib masuk kedalam mesjid basrah didapatinya didalam mesjid itu seorang anak muda sedang bercerita di hadapan umum. Ali mendekatinya dan berkata :”hai budak! Aku hendak bertanya kepadamu mengenai dua perkara, jika kedua perkaran ini dapat kau jawab, boleh engkau meneruskan pembicaraanmu itu dihadapan manusia.” Anak muda itu mendekati ali dengan tawadu’ dan berkata: “tanyakan lah ya amir al-mu’minin, apa yang dua perkara itu?” maka berkatalah ali :” ceritakan kepadaku, apa yang dapat merusak agama dan apa pula yang dapat menyelamatkan agama?” hasan al-basri pun menjawab: “yang dapat menyelamatkan agama adalah wara’ dan ynag merusaknya adalah tama’.” Ali pun  tampak gembira dengan perkataan hasan al-basri dan berkata: ”benar dan teruskanlah bicaramu, orang yang semacam kau ini layak berbicara didepan umum.”
Hasan al-basri tumbuh menjadi seorang tokoh diantara tokoh-tokoh yang paling terkemuka pada zamannya. Dan ia termasybur karena kesholehan dan keberaniannya. Secara blak-blakkan ia membenci sikap kalangan atas yang hidup berfoya-foya.
Sementara teolog-teolog dari kalangan muktazilah memandang hasan sebagai pendiri mazhabnya ammir bin ubaid dan wasil bin “ata” adalah dua diantara murid-muridnya. Sedangkan dalam jajaran sufi, ia diakui sebagai salah satu tokoh yang paling besar pada masa awal sejarahnya.
            Ia juga dikenal sebagai orator piawai sehingga berbagai kata dan ungkapan yang disampaikannya, banyak dikutip oleh pengarang-pengarang arab dan tidak sedikit diantara surta-suratnya yang masih dapat kita saksikan hingga sekarang dan terpelihara rapi.
            Memang banyak pengakuan yang menyebutkan kelebihjan dan keutamaan hasal al-basri dalam melaksanakan ajaran agama, seperti apa yang dikatakan oleh abu qatadah: “bergurulah kepada syekh ini! Saya sudah menyaksikan sendiri, tidaklah ada orang yang tabi’in yang menyerupai sahabat nabi, kecuali beliau ini.”0 kemasyuran beliau dalam hidup kerohanian telah menjadi perbincangan dalam kitab-kitab tasawuf, seperti Qut al-Qulub katya abu thalib al-makki, Tabaqat al-kubra karya al-sya’rani, hilayh al-auliyah karya abu nu’aim, dan lain sebagainya.
            Hasan al-basri seorang zabid yang termasyur dikalangan tabi’i. Prinsip ajarannya yang berkaitan dengan hidup kerohanian senantiasa diukurnya dengan sunnah nabi bahkan beliaulah yang mula-mula memperbincangkan berebagai masalah yang berkaitan dengan hidup kerohanian, tentang ilmu akhlak yang erat hubungannya dengan cara mensucikan jiwa membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela.
            Dasar pendirian Hasan al-basri adalah hidup zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahannya, hanya semata menuju kepada allah, tawakal, kbauf, dan raja’. Jangan hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut akan murkanya, tetapi mengharap akan rahmatNya0
            Diantara ucapannya, yang terkenal ialah : “seorang faqih ialah orang yang bersikap zuhd terhadap kehidupan duniawi, yang tau terhadap dosanya dan yang selalu beribadah kepada Allah.”  Tentang kehidupan zuhd, beliau berkata: “ Dunia adalah tempat kerja bagi orang yang disertai perasaan tidak senang dan tidak butuh kepadanya, dan dunia merasa bahagia bersamanya atau dalam menyertainya. Barang siapa menyertainya dengan perasaan ingin memilikinya dan mencintainya, dia akan dibuat menderita oleh dunia serta diantarkan pada hal-hal yang tidak tertanggungkan oleh kesabarannya.”
            Kemudian, ucapan-ucapan beliau yang lain, sebagaimana dikutip prof. Dr. Hamkah, adalah sebagai berikut:
·         “Perasaan takutmu sehingga bertemu dengan hati tentram, lebih baik daripada perasaan tentrammu yang kemudian menimbulkan takut.”
·         “Tafakkur membawa kita kepada kebaikan dan berusaha mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat, membawa kepada meninggalkannya. Barang yang fana” yang walaupun bagaimana banyaknya, tidaklah dapat menyamai barang ya baqa”, walaupun sedikit. Awasilah dirimu dari negri yang cepat datang dan cepat pergi ini, dan penuh dengan tipuan.”
·         “Dunia ini adalah seorang perumpamaan janda tua yang telah bungkuk.”*
·         “Orang yang beriman berduka cita pagi-pagi dan berduka cita di waktu sore. Karena dia hidup dia antara dua ketakutan. Takut mengenang dosa yang telah lampau, apakah gerangan balasan yang akan ditimpali Tuhan. Dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal dan bahaya yang sedang mengancam.”
·         “Patutlah orang insyaf bahwa mati sedang mengancamnya dan kiamat menagih janjinya.”
·         “Banyak berduka cita didunia memperteguh semangat beramal saleh.”

Dalam hubungan ini Dr. Muhammad mustafa helmi, sebagaimana dikutip Prof.Dr, hamka, mengatakan bahwa zuhud beliau itu, yang didasarkan pada takut ialah karena takut siksaan allah dalam neraka. Tetapi setelah ditelaah bukan karena takut akan neraka melainkan perasaan dari orang yang berjiwa besar akan kekurangan dan kelalaian diri. Itulah sebabnya lebih tepat dikatakan bahwa dasar zuhd hasal basri bukanlah takut akan api neraka tetapi takt akan murka tuhan.

2. IBRAHIM BIN ADHAM
            Namanya adalah abu ishaq ibrahim bin adam, lahir di balkh dari keluarga bangsawan arab. Dalam legenda sufi , ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang meninggalkan kerajaannya, lalu mengembara kearah barat untuk menjalani hidup sebagai seorang pertapah sambil mencari nafkah yang halal hingga meninggal dinegri persia kira-kira pada tahun 160 H/777 M. Beberapa sumber mengatakan bahwa ibrahim terbunuh ketika mengikuti angkatan laut yang menyerang Bizantium.
            Ibrahim bin adam adalah seorang zahid di khurasan yang sangat menonjol dizamannya. Kendatipun dia putra seorang raja dan pangeran kerajaan balkh, menurut nicholson, dia tidak terpesona oleh kekuasaan dan kerajaan yang dibawahinya. Dia lebih suka memakai baju bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya kenegri syam (syria), dimana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar lainnya. Suatu ketika ia ditanya: “ mengapa anda menjauhi orang banyak?” dia menjawab : “kupegang teguh agama di dadaku. Dengannya aku lari dari satu negri ke negri yang lain, drai bumi yang kutinggalkan menuju bumi yang akan kudatang. Setiap orang yang melihatku menyangka aku seorang mengembala atau orang gila. Hal ini kulakukan dengan harapan aku bisa memelihara kehidupan beragama ku dari godaan setan dan menjaga keimananku, sehingga selamat sampai kepintu gerbang kematian.”
Kemudian, diantara ucapan-ucapannya dia pernah, mengatakan:” ketahuilah, kamu tidak akan bisa mencapai peringkat orang-orang yang soleh kecuali setelah kamu melewati 6 pos penjagaan hendaklah kamu menutup pintu gerbang kenikmatan dan membuka pintu gerbang kesulitan, hendaklah kamu menutup gerbang kemusrikan dan membuka pintu gerbang kehinaan , hendaklah kamu menutupi pintu grebang hidup santai, dan membuka pintu gerbang kerja keras, hendaklah kamu menutup pintu gerbang tidur dan membuka pintu gerbang jaga tengah malam, hendaklah kamu menutup pintu gerbang kekayaan dan membuka pintu gerbang kemiskinan, danb hendaklah kamu menutup pintu gerbang cita-cita dan membuka pintu gerbang kesiapan menghadapi mati.”  
     
3.SUFYAN AL SAURI
Namanya adalah abu abdullah sufyan  bin sa’id bin masruq al-sauri al-kufi. Dia dilahirkan di kufah pada tahun 97 H atau 715 M, dan meninggal di Basrah pada tahun161 H/ 778 M. Dia adalah seorang tabi’in pilihan dan seorang zahid yang jarang ada tandingannya, bahkan merupakan seorang ulama hadis yang terkenal, sehingga dalam merawikan hadis, dia dijuluki al mukminin dalam al-hadis. Dan dia adalah salah seorang dari ulama mujtabidin yang mempunyai mazhab sendiri.
Mula- mula ia belajar dari ayahnya sendiri, kemudian dari banyak orang-orang pandai dimasa itu sehingga akhirnya ia menjadi seorang ahli dalam bidang hadis dan teologi. Pada tahun 158 H/ 715 M. Ia menentang pejabat-pejabat pemerintahan sehinggaia terpaksa menyembunyikan diri di kota Mekah. Dan dia menjalani hidup pertapaan yang keras sehingga para sufi menyebutnya manusia suci.
Sufyan al-sauri sempat berguru kepada hasan al-basri, sehingga fatwa-fatwa gurunya tersebut banyak mempengaruhinya jalan hidupnya. Karena itu, hidup kerohaniannya menjurus kepada hidup bersehaja penuh kesederhanaan, tidak terpukau dengan kemegahan dan kemewahan duniawi. Dia menyampaikan ajaran agama kepada murid-muridnya. Pernah manesehatkan kepada murid-muridnya dan jangan terpengaruh kemewahan duniawi, jangan suka menjilat kepada raja-raja dan penguasa, muru’ah harus di jaga dan di pelihara sebaik-baiknya, dan jangan sampai mengemis-ngemis pada penguasa.
Sufyan al-sauri termasuk zahid yang sangat pemberani. Beliau dengan lantang memberi nasehat kepada umat islam agar jangan mengikuti prikehidupan yang merusak moral, yang jauh dari ajaran nabi kepada sashabat. Diantara ucapan-ucapannya dalam memberi nasehat bitu ialah, “supaya jangan rusak agama mu.” Contoh lain tentang sikap zuhd kerndahan hati dan ketidak perdulian beliau terhadap atribut-atribut duniawi, beliau menolak atau melarikan diri dari al-mahdi ketika khalifah hendak mengangkatnya sebagai hakim agung.


4. RABIAH AL-ADAWIYAH
Nama lengkapnya ialah ummu al-khair rabia’h binti ismail ala-adawiyah al-kisiah. Informasi tentang biografinya begitu sedikit, dan sebagiannya hanya bercorak mitos. Dia lahir di basrah pada tahun 96 H/713 M, lalu hidup sebagai hamba sahaya. Dia berasal dari keluarga miskin dan dari dia tinggal di kota kelahirannya. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang suci dan sangat di hormati oleh orang-orang soleh semasanya. Dia meninggal pada tahun 185H/801M. Dan di kuburkan di dekat jeru salem.
Dia seumur hidupnya tidak pernah menikah, dipandang mempunyai saham yang besar dalam memeperkenalkan konsep cinta khasufi ke dalam islam sebagai seorang wanita zahida, dia selalu menampik setiap lamaran beberapa pria soleh dengan mengatakan :
“akad nikah adalah hak pemilik alam semesta. Sedangakan bagi diriku, hal itu tidak ada, kaena aku telah berhenti maujud dan telah lepas dari diri. Akumaujud dalam tuhan dan diriku sepenuhNya miliknya. Aku hidup didalam naungan firmanNya akad nikah mesti diminta dariNya, bukan dariku.
Dia adalah seorng hamba yang kemidian dibebaskan. Dalam hidupnya ia banyak beribadah, bertaubat, dan menjauhi hidup duniawi. Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala bantuan materi yang di berikan kepadanya. Bahkandalam doanya beliau tidak mau mminta hal-hal bersifat materi dari tuhan, diantaranya ucapannya yang terkenal tentang zuhd ialah
“aku ini begitu malu meminta hal-hal duniawi kepada pemiliknya. Maka bagaimana aku bisa meminta hal itu kepada orang yang bukan pemiliknya.”
Seperti telah disinggung diatas, isi pokok ajaran tasawuf rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi, melakukan amal saleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surga, tetapi karena cintanya kepada allah. Cinta lah yang mendorongnya ingin dekat selalu dengan allah, dan cinta itulah yang membuat sedih dan nangis, karena takut terpisah dari yang dicintainya. Pendek kata, allah baginya merupakan zat yang dicintai bukan sesuatu yang harus ditakuti.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
     Dapat disimpulkan bahwa Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah ( dengan tekun ) dan menjauhkan ( diri ) dari ( sikap ) mempermudah ( ibadah ), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah. Dan tareqat merupakan jalan atau cara yang ditempuh menuju keridaan Allah.
Hubungan tasawuf dengan tareqat yaitu, tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tariqat adalah cara atau jalan yang ditempuh seorang dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah.
Adapun sejarah timbulnya tareqat, Harun Nasution menyatakan bahwa setelah al-Ghazali memenghalalkan tasawuf yang sebelumnya yang dikatakan sesat, tasawuf berkembang didunia islam, melalui tarikat. Tariqat adalah organisasi dari pengikut-pengikut sufyn besar, yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya, tariqat memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat, ini merupakan tempat murid-murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya.


3.2 SARAN
Tujuan hidup tidaklah mencapai kebaikan. Untuk kebaikan melainkan merasa kebahagiaan. Tujuan kita bukan untuk mengetahui, melainkan berbuat, dan bukan untuk mengetahui apa budi itu. Melainkan supaya kita menjadi orang yang berbudi.
Manusia tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang – kadang manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, manusia perlu sekali tahu mengenai diri. Manusia yang tahu mengetahui diri hidupsebagaimana mestinya tidak terombang – ambing oleh hawa nafsu.

DAFTAR PUSTAKA
May, Asmal.2009. Pengembangan Pemikiran Pendidikan Taswawuf. Pekanbaru Pasca Sarjana UIN Suska..
Asmaran,2002.  Pengantar Studi Tasawuf. (Jakarta Raja Grafindo.)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar