BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Tanah merupakan akumulasi
tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu
selama jangka waktu tertentu pula.
Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya
tanaman dalam suatu sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara
makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman
berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki
tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanaman.
Tanaman
memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant nutrient) untuk
memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman kekurangan suatu unsur hara,
maka akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa
disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya
dapat dipenuhi dari dalam tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari luar biasanya dalam bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah atau
tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat berfungsi
untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan tanah
ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah
meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara tanah.
Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa,
bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi
aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan
pengikatan nitrogen udara. Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara
visual, analisa tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa
serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat
pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara
makro primer (N, P dan K) dalam tanah. Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk membahas
beberapa hal terkait dengan kesuburan tanah, sehingga pemakalah mampu memahami
dan menjelaskan dasar-dasar kesuburan tanah, indikator kesuburan tanah,
evaluasi kebutuhan pupuk dan perbaikan kesuburan tanah.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat kami angkat pada kegiatan praktikum ini yaitu
sebagai berikut :
1.
Apakah profil
daerah yang menjadi tempat kegiatan praktikum ?
2.
Bagaimana Janis dan
kondisi tanah pada daerah kegiatan praktikum ?
3.
Bagaimanakah
prosedur kerja yang dilakukan pada daerah kegiatan praktikum ?
4.
Jenis komoditi
apakah yang dibudidayakan pada daerah kegiatan praktikum ?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari kegiatan praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.
Mengunjungi daerah
yang menjadi pusat penelitian buah tropika untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan.
2.
Untuk mengetahui
jenis dan kondisi tanah pada daerah tempat yang menjadi pusat kegiatan
praktikum.
3. Untuk mengetahui Janis komoditi tanaman yang di
budidayakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah
dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup
seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi
tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan unsur hara
essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth and Ellis ;
1997). Menurut Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan
unsur hara essensial dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang subur adalah tanah
yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm,
strukturnya gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi
(maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan
tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M,
2002)
Tanah memiliki kesuburan yang
berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi
tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah
merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan kinerja
tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah
sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat
akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara,
dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat
bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas
(induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah
dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka
lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah
tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).
Penaksirannya dapat didasarkan
atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur, yang
terkorlasikan dengan keragaan (performance) tanaman menurut pengalaman atau
hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara
langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan
cara penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan
kesuburan tanah. Dengan cara penaksiran kedua hanya dapat diungkapkan
tanaggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapinya.
Kesuburan tanah merupakan
kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya
menghasilkan bahan panen atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah
ialah hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per
satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan waktu. Dengan menggunakan tahun
sebagai satuan waktu untuk perhitungan hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi
keadaan habitat akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).
Hasil panen besar dengan
variasi musiman kecil menandakan kesuburan tanah tinggi, karena ini berarti
tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan setiap kali menghasilkan hasilpanen besar.
Hasil panen besar akan tetapi hanya sekali setahun pada musim baik, menandakan
kesuburan tanah tidak tinggi, karena pada musim yang lain tanah tidak dapat
ditanami. Hal ini antara lain karena kekahatan (deficiency) lengas
tanah, atau sebaliknya karena mengalami tumpat air (waterlogged), kadar garam
larut air meningkat liwat batas, tanah menjadi sulit diolah untuk memperoleh
struktur yang baik (luar biasa liat atau keras sekali) dan
sebagainya.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah
sebagai berikut :
a.
Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang
terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah, drainase dan
porisitas tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi
secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan
laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur tanah yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah
remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang
tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada
tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar
tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap
pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada
tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti
tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar
untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami
kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak
berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan
salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah (Anonim, 2010).
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi
dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan menguunakan metode-metode.
Metode tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer (Elisa, 2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna
permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin
gelap warna tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah
dilapisan bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi
oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang mempunyai
sistem drainase (serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi
yang terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang
secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral
dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2
mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron. Tanah
bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan
drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil,
sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya lebih cepat
kering.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk
diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda
dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan
pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih
rendah. Disamping itu aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah
berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa
air atau menguap.
b.
Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan
mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang
dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu
memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH),
kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of
hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif
ion H+ terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi
asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung
ion H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam
larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa
(alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation
Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh
aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah
bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks
jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci,
tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominant yang menyebaabkan tanah
bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa
seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam
sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai
di atas 9 karena banyak mengandung garam natrium.
Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat
racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada
tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro
seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga
menjadi racun bagi tanaman.
pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah.
Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas
optimal. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam
jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika
efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan
pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan
menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat
diturunkan dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang
ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya
setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.
c.
Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi
bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman
(simbiosa) dan polusi tanah.
Tanah dikatakan subur bila
mempunyai kandungan dan keragaman biologi yang tinggi. Berikut
merupakan tabel jumlah maksimum biomassa dari organisme tanah pada tanah subur
yang berada pada padang rumput :
Kind of
organism
|
Abundance
(no/m2)
|
Biomass
(g/m2)
|
Bacteria
|
3 x 1014
|
300
|
Fungi
|
400
|
|
Protozoa
|
5 x 108
|
38
|
Nematodes
|
107
|
12
|
Earthworms and related forms
|
105
|
132
|
Mites
|
2 x 105
|
3
|
Springtails
|
5 x 104
|
5
|
Other invertebrates (snails, millipedes, etc)
|
2 x 103
|
36
|
From: B.N.
Richards (1974) Introduction to the Soil Ecosystem
Organisme
(mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah karena :
a. berperan
dalam siklus energi
b. berperan
dalam siklus hara
c. berperan
dalam pembentukan agregat tanah
d.
menentukan kesehatan tanah (suppressive / conducive terhadap munculnya penyakit
terutama penyakit tular tanah-soil borne pathogen).
2. 2 Unsur
Hara Tanah
1. Unsur Hara
Sekunder
1)
Kalsium
Kalsium adalah molekul bermuatan dominan positif pada
hampir semua tanah kecuali tanah-tanah yang pH-nya sangat rendah. Pada tanah
dengan pH diatas 4,8 kalsium biasanya ada dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan
tanaman. Pada tanah asam kalsium cenderung tercuci dan kalsium asli biasanya
rendah. Dalam keadaan seperti ini tanah harus dikoreksi dengan cara menambahnya
dengan kapur.
2)
Magnesium
Magnesium adalah molekul bermuatan positif seperti Ca
yang mengalami defisiensi pada pH rendah. Di bawah kondisi asam Mg sangat larut
dan dapat hilang karena tercuci. Bila tanah asam dikapur dengan material yang
mengandung sedikit Mg dapat mengakibatkan defisiensi pada unsur ini. Bila
pengapuran pada tanah yang sangat asam yang pH-nya di bawah 5,2 maka penggunaan
kapur yang mengandung Mg sangat tepat.
Magnesium dan kalium sangat bersaing untuk diserap
tanaman. Tanaman yang tumbuh dalam tanah yang sangat tinggi kadar K-nya mungkin
merangsang defisiensi Mg bila Mg tanah rendah.
3)
Sulfur
Sulfur diambil oleh tanaman sebagai molekul
sulfat bermuatan negatif (SO42-). Berhubung ini adalah
molekul bermuatan negatif atau anion, sulfat mungkin mudah tercuci dari tanah.
Sebagian besar S namun demikian tidak tersedia dalam bentuk anion tetapi
terikat kuat dalam bentuk bahan organik. Ketersediaan sulfur dikendalikan
secara luas dalam jumlah dan laju dekomposisi bahan organik. Dalam kebanyakan
tanah persediaan S yang cukup bagi pertumbuhan tanaman disuplai melalui proses
dekomposisi dan hujan yang jatuh. Di tanah dengan suplai sulfur sedikit,
defisiensi S mungkin bisa terjadi. Tanaman-tanaman sayuran biasanya memerlukan
S dalam jumlah besar. Unsur S yang digunakan sebagai agen keasaman tanah sering
sebagai sumber pupuk.
2.
Unsur Hara Mikro
Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu
mempunyai kesamaan. Karena pH meningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh
karena itu defisiensi unsur-unsur ini umum terjadi pada pH tinggi. Bahkan
ketika tumbuhan memperlihatkan defisiensi unsur-unsur ini mereka biasanya ada
dalam tanah dalam jumlah yang cukup. Namun demikian mereka tidak tersedia bagi
pertumbuhan karena kondisi yang tidak cocok, umumnya pH tinggi. Penambahan
pupuk mungkin tidak mengoreksi defisiensi, karena penambahan unsur hara akan
dengan cepat menjadi tidak tersedia karena kondisi tanah. Ada dua cara untuk
memecahkan masalah tersebut. Pertama adalah dengan pengasaman apabila terlalu
alkalin. Cara yang lain adalah dengan menambah unsur hara dalam bentuk chelated,
yaitu suatu bentuk unsur hara yang dilengkapi bahan yang meningkatkan kelarutan
unsur hara dengan mengurangi derajat fiksasi oleh tanah mineral dan bahan
organik. Di samping itu semua unsur mikro dapat diberikan lewat daun. Cara ini
efektif untuk memenuhi kebutuhan hara mikro tanaman. Tetapi tidak menyelesaikan
masalah tanahnya.
Unsur hara mikro Mn kelarutannya tergantung pada
kandungan air tanah. Di bawah kondisi air tergenang Mn menjadi sangat terlarut
dan dapat bersifat racun. Biasanya ini terjadi pada pH di bawah 5. Zn
keberadaannya dalam tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah. Defisiensi Zn
biasanya terjadi pada pH moderate hingga tinggi dan lebih jelas bila kadar P
tinggi. Defisiensi Zn terjadi pada pH 6-7 terutama bila pemupukan P berlebihan
dan pada pemupukan bahan organik yang cukup intensif. Besi menjadi berkurang
bagi tanaman bila pH-nya tinggi, sebagian besar Fe tidak larut dan tidak
tersedia bagi tanaman. Untuk mengurangi pH dapat dengan menambah unsur S atau
agen penambah asam yang lain.
Kelarutan Copper (Cu) menurun bila pH meningkat. Oleh
karena itu defisiensi Cu bisa terjadi pada kadar pH diatas 7,5. Sebaliknya, Mn,
Zn, Fe dan Cu terikat kuat pada bahan organik. Karena kandungan bahan organik
meningkat ketersediaan Cu menurun. Dalam tanah yang jumlah bahan organiknya
tinggi, Cu bisa menjadi defisien bila pH tanah di bawah 5.
Tumbuhan tinggi menghendaki Mo dalam jumlah sangat
kecil. Unsur ini dalam tanah bila pH tinggi dan menjadi defisien pada tanah
berpasir asam. Defisiensi unsur ini sangat berbeda dibanding unsur hara mikro
yang lain. Secara umum unsur Mo tanah adalah anion yang dapat dengan mudah
tercuci dara tanah pasir. Mo sangat larut kadang-kadang terjadi pada tanah
dengan pH moderat dan tekstur tanah halus, karena dalam batuan induknya
kandungan Mo sangat rendah. Mo sangat esensial bagi fiksasi N oleh tanaman legumenosae
dan tanaman ini sangat sensitif pada defisiensi Mo.
Boron (Bo) ada dalam tanah sebagai molekul tak
bermuatan yang terikat secara lemah pada berbagai bahan organik dan mineral dan
mudah tercuci di tanah berpasir. Ketersediaan Bo dipengaruhi oleh pH
tanah. Bila pH di atas 6,5 Bo tidak tersedia bagi tanaman.
Tanah pertanian jarang mengalami defisiensi Chlor
(Cl). Kenyataanynya Cl sering menjadi masalah bila jumlahnya berlebihan.
Terutama pada tanah alkalin dibanding pada tanah yang mengalami defisiensi.
Fungsi Cl belum banyak diketahui, tetapi diduga berperan dalam kekeringan dan kebasahan
tanaman. Defisiensi Cl bisa menyebabkan kepekaan tanaman terhadap penyakit.
3.
Siklus Unsur Hara Tanah
Unsur hara tidak dalam keadaan terkunci dalam satu
bentuk simpanan saja, proses-proses alami secara periodik mengubahnya
dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Ini adalah proses transformasi
biogeokimia berkesinambungan yang kita kenal dengan siklus unsur hara tanah.
Unsur hara dalam tanah dapat dibedakan atau dikenali berdasarkan batuan asli
dan mineral, larut atau diabsorbsi berupa ion-ion. Bentuk bimassa terdapat
dalam jaringan makhluk hidup tumbuhan atau organisme tanah dan bentuk organik
dalam jaringan mati yang berada dalam berbagai tahap pelapukan termasuk humsu
tanah.
Akar tanaman dan organisme tanah mengekstrak unsur
hara sebagai ion-ion organik sederhana yang dibebaskan melalui pelapukan batuan
dan mineral dan bahan oeganik tanah. Tumbuhan pada khususnya hanya dapat
mengambil unsur hara dalam bentuk ion-ion anorganik sederhana.
Ketika organisme mati jaringannya ditambahkan dalam bentuk
bahan organik tanah dan beberapa diantaranya dibebaskan secara tiba-tiba oleh
adanya sel yang rusak. Seluruh material itu segera memulai pelapukan. Sebagian
bentuk yang tahan membentuk humus tanah yang melapuknya sangat lambat.
4.
Faktor yang Mempengaruhi Unsur Hara Tanah
a.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah ditentukan oleh jumlah relatif oleh
berbagai ukuran partikel yang menyusun tanah. Partikel tanah dibagi dalam tiga
kategori yaitu partikel yang paling halus kemudian debu dan pasir. Proporsi
pasir, debu dan liat menentukan tekstur. Tekstur tanah mempunyai efek terhadap
sifat fisik dan kimia tanah. Secara umum partikel halus memiliki luas permukaan
lebih besar dibanding tekstur kasar. Permukaan partikel tanah adalah aktif
secara kimiawi. Tanah dengan tekstur halus memiliki aktivitas kimiawi lebih
baik dibanding tanah dengan tekstur kasar, dan dapat mengikat lebih banyak hara
serta lebih banyak mengikat nutrien yang menjadikannya tidak tersedia bagi
tanaman.
b.
Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan
mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan
aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang
berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa
mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi,
bakteri dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga
berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam
protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini
berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan
ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian, G. 1997).
Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan
bahan organik, kerena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan
organik memberikan karbon sebagai sumber energi. Pengaruh positip yang lain
dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman.
Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang
ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin
(Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat
tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil
aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik
dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat,
fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat
mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip
terhadap pertumbuhan tanaman.
Sejumlah unsur hara seperti N, P, S, Mo, Cu, Zn, dan B
mungkin terkandung dalam bahan organik tanah. Sebagai akibatnya, ketersediaannya
tergantung pada proses dekomposisi bahan organik.
C. pH Tanah
pH tanah menerangkan keasaman dan kebasaan dalam
sistem cair. Air terdiri dari muatan molekul atau ion hidrogen (H+ )
dan hidroksida (OH-). Dalam air selalu ada ion-ion yang tidak
dikombinasi dalam molekul air. Jumlah air murni, jumlah H+ dan OH-
sama yang memiliki pH 7 (netral). Bila suatu sistem memiliki kelebihan ion H+
dinamakan asam. Bila kelebihannya ion OH- maka sistem tersebut
dinamakan alkalin. pH yang ukurannya sederhana dari ion H+ dalam
sistem tetapi dipresentasikan sebagai negatif logaritma konsentrasi H+.
Keasaman tanah penting karena menentukan kelarutan
mineral tanah dan mempengaruhi berbagai proses mikroorganisme seperti
dekomposisi bahan organik dan fiksasi nitrogen. Beberapa mineral tanah
mengandung unsur hara, dan hara ini mungkin tersedia bagi pertumbuhan tanaman
bila pH-nya dalam range yang sesuai.
2.3 INDIKATOR KESUBURAN TANAH
1. Kapasitas Absorbsi
Kapasitas
Absorbsi dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanah untuk
mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel
kolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung
mencerminkan kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk
kation. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan
kesuburannya semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh
unsur K (Kalium), Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah
normal (berkisar 6,5).
2.
Tingkat Kejenuhan Basa
nilainya
dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation. Peningkatan nilai
persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya kandungan basa-basa tanah
pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal
secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara sederhana dicermnkan oleh
nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhi dan mencerminkan aktifitas
kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik di dalam tanah.
3.
Kandungan Liat
Kandungan
liat, merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran
ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga
mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar
yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisa untuk
air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun
jika kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak ideal untuk
budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang tinggi menyebabkan
perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah
sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.
4.
Kandungan Bahan Organik
Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah
dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu
ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan
bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang
rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar
lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak
mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah
yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan
keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan
bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi
retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan
organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak
lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering,
dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit
teguh, sehingga mudah diolah.
Kandungan BO
merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan tanah.
Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat
fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu
berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai
ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan
dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit dan hama dari
bahan organik).
Bahan
organik dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik tanah
yang keras/liat (pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh
adanya bahan organik. Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik
sehingga aerasi udara meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air
yang menyebabkan kebusukan akar.
Demikian
pula bila kondisi sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat berpasir),
maka fisik tanah dapat dibuat menjadi kompak, karena agregasi meningkat oleh
adanya bahan organik. Ruang pori tanah juga meningkat, akibatnya kemampuan
tanah dalam menyimpan air dan menyediakan ruang udara akan semakin proporsional
(baik). Hal ni bermanfaat untuk menghindarkan tekanan kekeringan pada
perakaran.
Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah
dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu
ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan
bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang
rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar
lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak
mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah
yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan
keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan
bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi
retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan
organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak
lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering,
dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit
teguh, sehingga mudah diolah.
Bahan
organik juga dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses dekomposisi
yang dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada bahan organik.
Proses dekomposisi akan melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam tanah
dan juga menjadikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan
bersifat kolloid. Kondisi ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi tanah yang
berkaitan juga dengan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena meningkatnya
luas permukaan partikel tanah. Hal ini menjadikan tanah mempunyai kemampuan
menyimpan unsur-unsur hara yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen,
maupun pencucian hara-hara kation lain. Pada saatnya berarti pula meningkatkan
kapasitas tanah untuk melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui
proses pertukaran secara langsung maupun pasif oleh proses difusi.
Bahan
organik juga mampu mengeliminir bahan-bahan racun, terutama yang dakibatkan
oleh kation-kation mikro seperti Co (Cobalt), Cu (Cuprum/ tembaga), B (Boron),
dan lain-lain; dengan membentuk ikatan khellat. Ikatan khellat ini bersifat
preventif (dari efek meracuni) dan konservatif, karena sewaktu-waktu
katio-kation logam yang terjerap dalam ikatan khelat juga masih bisa
dimanfaatkan oleh tanaman. Bahkan ada yang mengatakan bahwa terjadinya ikatan
khelat ini justru meningkatkan mobilitas banyak kation, karena ikatan ni memang
bisa larut sehingga memudahkan tanaman untuk memanfaatkannya.
Bahan
organik bisa merubah sifat biologi tanah dengan meningkatkan populasi mikroba
di dalam tanah. Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya)
menyebabkan dinamika tanah akan semakin baik dan menjadi sehat alami.
Peningkatan mikroba (khususnya fungi bermiselia seperti micorhiza, dll) akan
meningkatkan kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan
miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/
perekat/glue antar partikel tanah. Dengan demikian menyebabkan struktur tanah
menjadi lebih baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas
(perusakan) tanah. Kemampuan merubah sifat biologi tanah ke arah positif
sehingga meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman sehingga
tanaman tumbuh sehat tanpa perlu campur tangan pupuk buatan dan pestisida.
Bahan
organik juga berperan sebagai ZPT, karena proses dekomposisi akan menghasilkan
proses akhir menjadi humus. Humus disebut juga sebagai asam humat (humic acid)
yang merupakan bahan kolloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna
kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi dan
bervariatif. Asam humat banyak dikaitkan dengan perkecambahan bji di dalam
tanah, pertumbuhan bagian atas tanaman, pemanjangan semaian muda atau
pemanjangan akar dari akar terpotong secara in vitro, karena asam humat
menunjukkan pengaruh hormonal dalam pertumbuhan. Asam humat juga berperan dalam
perbaikan tanah secara fisik, melalui mekanisme perbaikan agregasi, aerasi,
permeabilitas serta kapasitas memegang air, sehingga tanaman akan tumbuh secara
normal dan sehat.
Bahan
organik merupakan salah satu bagian penyusun tanah dengan sifat-sifat kolloid,
dan hanya satu-satunya yang mempunyai kemampuan mendinamisasi untuk
mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Tanah-tanah marjinal
(baik tanah mineral maupun yang dominan liatnya) akan dapat diperbaiki sifat
pejal maupun porositasnya pada tingkat yang optimal. Demikian juga
permeabilitas, aerasi, perkolasi maupun agregasi, dengan peran dinamisasi dari
BO, keadaan tanah menjadi gembur dan subur. Hal ini berkaitan dengan menegemen
air dan udara dalam tanah, bermanfaat bagi kelangsungan perkembangan perakaran
tanaman dan hara tanaman di dalam tanah. Dengan berkembangnya perakaran tanaman
akan mempengaruhi bagian atas tanaman di atas permukaan tanah.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Tempat dan waktu
Kegiatan
field trip ini di laksanakan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (BALITBU)
di jalan raya Solok-Aripan Km 8 di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan ini dilaksanakan dari
tanggal 5
Mei 2013 hingga tanggal 8 Mei 2013.
3.2. Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam field
trip kali ini berupa :
1. Kamera
: Untuk mengambil gambar objek
yang diamati
2. Alat
tulis : Untuk
mencatat form fieldtrip (objek yang diamati)
3. Form
Fieldtrip : Untuk mencatat data
pengamatan
Sedangkan bahan-bahan yang di perlukan untuk
kegiatan kali ini adalah kondisi tanah di balitbu, fasilitas- fasilitas di
balitbu dan kondisi tanah di provinsi Sumatera Barat Sebagai media pengamatan.
3.3 Metode kegiatan
Metode yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah Observasi dengan cara melakukan pengamatan dan ikut
aktif dalam melakukan kegiatan – kegiatan penelitian (praktikum) tentang field
trip kali ini.
3.4 Cara
kerja
Tahap awal dimulainya praktikum ini
yakni :
·
Mengumpulkan semua mahasiswa di ruang
auditorium dan diberikan materi tentang
profil balai, fasilitas, kinerja balai, kondisi tanah dan buah-buahan atau
tanaman tropika yang ada di balitbu.
·
Setelah itu diadakan tanya jawab antara
mahasiswa kepada narasumber.
·
Kemudian, setelah istirahat siang, kunjungan
di lanjutkan dengan cara membagi mahasiswa menjadi enam kelompok. Dan dua
kelompok mengunjungi laboraturium kultur jaringan, dua kelompok mengunjungi
laboratorium analisis kimia dan pasca panen serta dua kelompok lagi mengunjungi
blok pembibitan.
·
Dan setiap mahasiswa di wajibkan mengamati
apa saja yang terjadi di setiap laboratorium yang mereka kunjungi dan boleh mengambil
gambar .
3.5 Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian yaitu
:
·
Pengenalan tentang balai di ruang
audiotorium.
·
Tahapan selanjutnya
adalah mengunjugi laboratorium-laboratorium yang ada di balai.
·
Mengamati dan mencatat
alat-alat dan proses yang terjadi di masing-masing laboratorium.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Balai PenelitianTanaman Buah Tropika (BALITBU)
a. Nama balai : Balai Penelitian Tanaman
Buah Tropika
b. Alamat balai : jln raya Solok- Aripan KM
8 kabupaten Solok
Sumatera Barat
c. Jenis
tanaman telitian : Tanaman Hortikultura
dan Buahan Tropika
d. Penanggung
jawab : Ir. Harlion M.Sc
e. Jabatan : Kepala seksi jasa
penelitian
4.2 Sejarah
balai penelitian
Balai
penelitian tanaman buah tropika (Balitbu) merupakan salah satu lembaga
pemerintah dan unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian yang berada dibawah serta bertanggung jawab langsung kepada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Hortikultura. Lembaga tersebut terletak di jalan raya Solok-Aripan Km 8 di kabupaten Solok,
provinsi Sumatera Barat. Dengan ketinggian 50 m sampai 350 m dari permukaan
laut. Dilihat dari segi geologisnya, jenis tanah dikawasan ini adalah tanah
ultisol dengan suhu rata-rata lebih dari 80c dan curah hujan tahunan
antara 2500 sampai 3500 mm, sehingga memiliki jumlah bulan basah antara lima
sampai enam bulan dan jumlah bulan kering dua sampai tiga bulan (Budi utomo,
2008).
Lembaga ini
dibentuk pada tahun 1984 dengan tujuan untuk mengembangkan sektor pertanian dan
perkebunan. Sejak awal, lembaga ini sudah banyak melakukan penelitian untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas berbagai jenis tanaman. Namanya pada saat
itu adalah Balai Penelitian Hortikultura Solok. Yang kemudian pada tahun 1994
berganti naman menjadi Balai Penelitian Tanaman Buah dengan TUPOKSI melakukan
kegiatan penelitian tanaman buah-buahan atas bidang pemuliaan, fisiologi,
agronomi, teknologi budidaya, proteksi, agroekologi, agroekonomi, pasca panen
dan mekanisasi untuk pengembangan produksi, analisis residu pupuk dan pestisida
serta eksplorasi, evaluasi dan pelestarian plasmanutah buah-buahan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus penghasil devisa.
Karena
adanya perubahan lingkungan strategis, pada tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman
Buah mengalami penataan organisasi dengan perubahan nomenklatur menjadi Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
10/Permentan/ OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006. Dan hingga kini balai
tersebut masih bernama Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika atau sering
disingkat BALITBU.
Selama
periode 29 tahun balai ini berdiri,
terjadi 6 kali pergantian kepemimpinan:
a. Dr. M.
Winarno beliau menjabat dari tahun1984 hingga tahun 1993.
b. Dr.L.
Setiobudi beliau menjabat dari tahun 1993 hingga tahun 1999.
c. Dr. I.
Djatnika beliau menjabat dari tahun 1999 hingga tahun 2005.
d. Ir.Nurhadi,M.Sc
beliau menjabat dari tahun 2005 hingga tahun 2009.
e. Dr. Achmadi
Jumberi beliau menjabat dari tahun 2009 hingga tahun 2010
f. Dr. Catur
Hermanto beliau menjabat dari tahun 2011
hingga kini.
4.3
Lokasi dan
profil Balitbu
a. Letak
Geografis
Balitbu (balai penelitian tanaman buah tropika)
terletak di Jl. Raya Solok-Aripan Km 8, Solok, Sumatera Barat
dengan nomor telepon 0755-20137 dan nomor fax 075520592 PO Box 527301. Secara Geografis, Balitbu terletak pada titik
koordinator antara 00° 32’ 14’’ dan 01° 46’45” Lintang Selatan dan
100° 25’ 00” dan 101° 41’ 41” Bujur Timur. Topografi
wilayahnya perbukitan, dengan ketinggian antara 329 meter – 458 meter diatas
permukaan laut.
b. Kondisi
wilayah
Kondisi
Kabupaten Solok yang sebagian besar adalah lahan kering dari dataran rendah
sampai tinggi, ini merupakan lahan yang sangat potensial untuk pengembangan
tanaman tahunan seperti teh, kayu manis, karet, cengkih, buah-buahan dan lain
lain. Beberapa tanaman perkebunan yang potensial dan telah dikelola secara
ekonomis antara lain : buah-buahan seperti Durian, Manggis, Duku, Mangga,
Markisa, Jeruk, Alpukat dan berbagai jenis tanaman buah lainnya. Sekarang
dengan didukung oleh Kebijakan Agroforrestry oleh Pemerintah Daerah,
diantaranya kebijakan perwilayahan komoditi yang berbasis pada komoditi andalan
dengan menggunakan basis Satu Nagari / Wilayah - Satu produk, pencapaian
hasil pertanian di daerah diharapkan dapat ditingkatkan, termasuk
memperkenalkan teknologi kultur jaringan untuk beberapa jenis komoditi
tertentu.
c. Visi dan
misi
Balitbu
memiliki visi diantaranya ”Menjadi lembaga penelitian buah tropika berkelas
dunia yang menghasilkan inovasi teknologi untuk mewujudkan pertanian
industrial unggul berkelanjutan
dan berbasis sumberdaya lokal.”
Serta
memiliki misi diantaranya :
·
Menghasilkan terobosan dalam menghasilkan inovasi
teknologi khususnya varietas unggul baru (VUB), produksi benih VUB secara
massal, menghasilkan pupuk, biopestisida dan agroinput lain yang berkualitas
dan tersertifikasi.
·
Meningkatkan efisiensi dan percepatan diseminasi
inovasi teknologi kepada para pengguna.
·
Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan
internasional dalam rangka penguasaan iptek dan peningkatan peran dan citra
Balitbu Tropika dalam pengembangan agribisnis buah dan pembangunan pertanian.
d. Tugas dan
fungsi pokok
Balitbu
memiliki tugas dan fungsi pokok sebagai berikut :
- Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, dan perbenihan tanaman
buah tropika.
- Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi, dan
pemanfaatan plasmanutfah tanaman buah tropika.
- Pelaksanaan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi, dan fitopatologi tanaman buah tropika.
- Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha
agribisnis tanaman buah tropika.
- Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian
tanaman buah tropika.
- Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman buah tropika.
- Pelayanan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai
e.
Fasilitas yang
tersedia di Balitbu
Untuk
menunjang kinerjanya, balai penelitian ini memiliki beberapa fasilitas.
Diantaranya teradapat 4 unit Laboratorium yang mendukung semua kegiatan yang dilakukan
balai yaitu labolatorium Pemuliaan dan Kultur In-Vitro, Kimia dan Pasca Panen,
Proteksi Tanaman dan Uji Mutu Benih. Sedangkan fasilitas lain adalah rumah
kaca, rumah pembibitan (nursery), balairung (untuk pertemuan lapang),
auditorium, 3 unit guest house, asrama dan kantin /ruang makan, 6 kebun
percobaan (KP Aripan, KP Sumani, KP Berastagi, KP Pandean, KP Kraton, KP Cukur
Gondang) serta perpustakaan.
Gambar 1. Laboratorium Kultur Jaringan Gambar 2. Laboratorium
analisis kimia dan pasca panen
Gambar 3. Laboratorium Uji Mutu Benih Terakreditasi Gambar 4. Ruang Auditorium
Gambar 3. Laboratorium Uji Mutu Benih Terakreditasi Gambar 4. Ruang Auditorium
Gambar 5. Salah satu Kebun percobaan
yaitu gambar 6. Asrama
dan Guesthouse
KP.
Sumani
f. Komoditas
Prioritas
Komoditas yang prioritas di Balitbu terdiri dari:
·
Komoditas unggulan meliputi buah manggis dan durian.
·
komoditas Prospektif meliputi Pisang, Mangga, Salak, Melon, Semangka, Duku, Markisa, Belimbing, Alpukat, Sirsak, dan Rambutan
·
Komoditas Trendsetter meliputi buah Sukun, Kesemek, Matoa, dan Buah Naga
g. Produk
Unggulan
Adapun produk unggul yang terdapat di Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika meliputi:
No
|
Komoditi
|
Nama varietas
|
keterangan
|
|
1.
|
Pisang
|
Ketan 01
|
a. Morfologi
ramping dan pendek, tetapi mampu menyangga tandan 9–11 sisir, 12–18
buah/sisir
b. Daging
pulen agak lengket mirip nasi ketan
c.Umur
genjah, jumlah anakan 3-5 batang, buah
masak serempak (menjamin produktivitas dengan tanam rapat).
d. Umur berbuah
6 bulan, umur panen 3 bulan setelah bunga.
e. Kadar gula
24%, tepung 86,5, vitamin C (mg/ 100 g) 5.
f. Daya
simpan 15 hari.
|
|
2
|
Pisang
|
Raja siem
|
a.
Morfologi
ramping, genjah, jumlah anakan banyak .
b.
Kadar
tepung, kandungan vitamin A serta kalori lebih tinggi daripada kepok lain.
c.
Tahan pH
rendah dan aerasi jelek, toleran terhadap penyakit layu bakteri Pseudomonas sp.
d.
Jumlah
buah per tandan 112, Jumlah sisir 14-16.
e.
Bobot
sisir 1–1,5 kg
f.
Kadar gula
27%, tepung 79,8 g, vitamin C (mg/100 g) 5,1.
g.
Daya
simpan 15 hari
|
|
3
|
Manggis
|
Ratu
tembilahan
|
Sedikit/Bebas
getah kuning (< 2%), bentuk stigma lobe ellip, tekstur daging buah padat,
jumlah segmen buah 5–11. Panjang tangkai buah pendek (1,0-1,5 cm), jumlah segmen
buah 4-11, bobot buah 70-130 g, ukuran buah sedang(10-13 buah/kg), ketebalan
kulit buah 0,6-1,1 cm, warna buah matang ungu tua kehitaman.
Rasa
daging buah manis asam, porsi dapat dimakan 25-34%, getah kuning dalam buah
0-2%, lama panen 1,5-2 bulan, daya simpan buah 25 hari, kandungan gula
15-19,5oBrix, total asam 0,1-1,94% dan vitamin C 17,6-19,19 mg/100
g.
|
|
4.
|
Mangga
|
Sala 250
|
•
Untuk
buah segar yang potensial dikembangkan di wilayah rendah basah.
•
Cita rasa
manis, sedikit beraroma, kadar air rendah,
•
bobot buah
350-550 g/buah, panjang buah 20 cm, lingkar buah 18 cm,
•
serat
daging sedikit dan halus, kadar gula 16-17%, kadar sari buah 46-54%, kadar
jam 29 ± 4%, kadar tepung 27 ± 5% dan produksi 54,3 kg/tanaman.
|
|
5.
|
Durian
|
Takada 02
|
·
Memenuhi
kriteria ekspor, mempunyai daya simpan lama dan toleran terhadap Phytophthora
sp.
•
Bobot buah
1,5-2 kg, pongge per juring 1-3,
•
Daging
buah tebal, porsi buah dapat dimakan 46%,
•
Citarasa
manis-alkoholik, gula buah 45%, daging sedikit berserat,
•
Bobot buah
1,5-2 kg, panjang buah 14 cm, lingkar buah 33 cm, Warna daging buah kuning
muda, aroma kurang, kadar air daging 43%, intensitas berbuah 1-2 kali per
tahun, produksi 225-550 buah/tanaman
|
|
6.
|
Alpukat
|
Mega
murapi
|
·
Berbuah
terus menerus, berat buah 400-600 g/buah, warna daging buah kuning mentega
·
Bentuk
buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat)
·
Panjang
buah 13-17 cm, diameter 10-14 cm, tebal kulit buah 1mm, tebal daging 1,9-2,1
cm,
·
Rasa
daging manis pulen, kadar protein 1,37 %, kadar lemak 7,58%,
·
Produksi
buah per pohon 350-450 buah (180-225 kg) per tahun
|
|
7.
|
Pepaya
|
Sari
gading
|
·
Kulit berwarna kuning gading sejak buah muda, tekstur daging kuat, kulit
sehingga dapat dikelupas pada waktu mencapai masak optimal.
·
Daya simpan
buah lama (20 hari setelah panen).
·
Fase
istirahat 2-3 bulan.
·
Bobot buah
0,85 - 0,03 kg, panjang 18-24 cm, lingkar buah 29-31 cm.
·
Kulit
kemerahan apabila disimpan,
·
Daging
tebal (24 ± 3 cm), kadar gula 11 ± 0,3%. Kadar juice (ml/100 g) 70 ±
6,5%, vitamin C 136 ± 3,2 mg/100 g,
citarasa manis-pulen.
·
Produksi
perdana 43,5 kg/tanaman
|
|
8.
|
Melon
|
Kanaya
|
·
Bentuk
buah bulat, berwarna orange, citarasa
manis.
·
Bobot buah
1,5-1,8 kg/buah,
·
Jala kulit
buah tebal (91-93%), bentuk jala segi tiga segi lima teratur,
·
Tebal
daging 4,5 cm, daging agak renyah, aroma kuat,
·
TSS 17 oBrix,
·
Daya
simpan 18-20 hari setelah panen
|
|
9.
|
Jeruk
|
Jemari
taji
|
·
Citarasabuah
sangat manis.
·
Jumlah
biji relatif sedikit, bahkan seringkali tidak berbiji
·
Panen buah
2–3 kali/tahun
·
Bobot buah
199 ±24 g, panjang buah 7 cm, diameter buah 6 cm
·
Aroma
kurang kuat
·
Kadar gula
12%. Kadar asam 0,42%. Vitamin C (mg/100 g) 58.
·
Produksi
perdana (umur 4 tahun) 23 kg/tanaman
|
|
10.
|
Semangka
|
Balitbu
tropika 05
|
·
Umur
Tanaman : 90-95 hari
·
Bibit siap
tanam : 15 hari setelah semai
·
Keluar
bunga betina : 25 hari setelah tanam
·
Umur
buah : 50-55 hari setelah silang
·
Berat
buah : 7,6 kg
·
Tebal
kulit buah : 1,1 cm
·
Warna
daging buah: merah
·
Tekstur
buah : renyah
·
TSS 11,5oBrix
|
|
11.
|
Salak
|
Salak 232
|
·
Bobot per
buah : 24,12 g
·
Jumlah
juring berbiji/buah 1
·
Jumlah
juring tak berbiji/buah : 2
·
Tebal
daging : 0,45-1,2 cm
·
TSS : 17 oBrix
·
Vitamin C : 21,66 mg/100g
·
Kadar air : 81,06%
·
Rasa sepet
: tidak ada
|
|
12
|
Nanas
|
N 0001
|
·
Oksalat :
1150 mg/100g)
·
TSS :
16.20 °Brix
·
Vit C : 45.25
mg / 100 g
·
Bobot :
800 gr
·
Diam. Hati
: 2.2 cm
·
Tebal
daging : 3.3 cm
|
|
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a.
Balai
Penelitian Tanaman Buah (Balitbu Tropika) adalah satu-satunya institusi
penelitian buah tropika Pemerintah di bawah Departemen Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, sehingga mandat kegiatan penelitiannya bersifat nasional
b. Buah-buahan
termasuk sektor hortikultura yang memiliki arti penting bagi kehidupan
masyarkat dan Negara. Pengembangan komoditas buah mempunyai manfaat secara
ekonomi dan ekologi.
c. Dalam
kegiatan praktek lapang mahasiswa Agroteknologi diutamakan pada tanaman buah
tropika. Field trip ini bertempat di solok, sumatera barat. Disana banyak
terdapat buah tropika, seperti : manggis, durian, nenas, dll.
3.2 Saran
·
Hendaknya manusia mulai menjaga kesuburan alami tanah,
karena aktivitas manusia menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesuburan tanah
·
Petani dan pekerja pada bidang budidaya tanaman
hendaknya memahami konsep dari kesuburan tanah dan menerapkannya dalam
pertanian atau budidaya tanaman.
·
Penggunaan pupuk kimia hendaknya mulai dikurangi,
karena akan mempengaruhi komposisi unsur hara tanah, akibatnya akan menjadi
racun bagi tumbuhan pada tanah itu sendiri karena hara tanah mulai tidak
seimbang.
·
Kepada pihak BALITBU untuk
lebih bisa membudidayakan koleksi plasma nutfah dengan variasi yang lebih baik
dan banyak. Susunan tanamannya harus terstruktur. Hasil dari budidaya tersebut
kalau bisa dipasarkan agar tidak menyia-nyiakan hasil yang telah siap di panen.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustinus Jacob. 2008. Tanaman Dalam Mengevaluasi Status Kesuburan Tanah. Diambil
dari http://mursitoledi.multiply.com/journal/item/1/jurnal_
ilmu_kesuburan_tanah pada hari Jumat, 4 Maret 2011
Anonim. 2008. Kesuburan Tanah. Diambil dari www.http://www.golden agro.net63.net pada hari Jumat, 4 Maret 2011
Dian Kusumanto. 2009. Memahami Konsep Kesuburan Tanah. Diambil dari http://kebunaren.blogspot.com/
pada hari Jumat, 4 Maret 2011
Dwi Priyo Ariyanto. 2010. Pupuk Dan Pemupukan. Soil
Science Department Faculty of Agriculture Sebelas Maret University.
Foth, H. D., 1994. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan:
Adisoemarto. Jakarta: Erlangga.
Hardjowigeno. 1995. Ilmu
Tanah. Diperoleh dari http://acehpedia.org/ Mengevaluasi_Status_Kesuburan_Tanah
pada hari
Jumat, 4 Maret 2011
Ida Nursanti dan Abdul Madjid
Rohim. 2009. Makalah Pengelolaan Kesuburan Tanah. Program Studi Ilmu
Tanaman. Universitas Sriwijaya.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka
Cipta. Jakarta.
Prof.Dr.Ir.Soemarno,M.S. 2007. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Sutejo.M.M, 2002. Pupuk dan
Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tejoyuwono, Notohadiprawiro, dkk. 2006. Pengelolaan
Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta: Ilmu Tanah
Universitas Gadjah Mada.